Google Tangkal Lebih dari 10 Miliar Panggilan dan Pesan Berbahaya Setiap Bulan di Android

Image by <a href="https://pixabay.com/users/qimono-1962238/?utm_source=link-attribution&utm_medium=referral&utm_campaign=image&utm_content=8129781">Arek Socha</a> from <a href="https://pixabay.com//?utm_source=link-attribution&utm_medium=referral&utm_campaign=image&utm_content=8129781">Pixabay</a>

Google baru saja mengumumkan keberhasilan besar dalam memperkuat pertahanan terhadap penipuan digital di Android. Menurut raksasa teknologi ini, sistem keamanan yang tertanam di Android mampu melindungi pengguna di seluruh dunia dari lebih dari 10 miliar panggilan dan pesan mencurigakan setiap bulan. Selain itu, lebih dari 100 juta nomor berpotensi berbahaya telah diblokir dari menggunakan layanan Rich Communication Services (RCS) — penerus dari SMS tradisional — sehingga mencegah upaya penipuan bahkan sebelum pesan terkirim ke pengguna.

Dalam beberapa tahun terakhir, Google terus mengembangkan teknologi keamanan untuk melawan penipuan panggilan dan pesan. Dengan memanfaatkan kecerdasan buatan berbasis perangkat (on-device AI), sistem Android kini mampu mendeteksi dan secara otomatis memindahkan pesan berbahaya ke folder “spam & blocked” di aplikasi Google Messages. Inovasi ini juga mencakup fitur tautan aman, yang memperingatkan pengguna ketika mencoba mengakses URL yang ditandai sebagai spam dan mencegah mereka membuka situs berpotensi berbahaya, kecuali jika pesan tersebut secara manual ditandai sebagai “bukan spam.”

Berdasarkan analisis laporan pengguna pada Agustus 2025, penipuan lowongan kerja palsu muncul sebagai jenis penipuan yang paling umum. Para pelaku memanfaatkan kebutuhan kerja masyarakat dengan menawarkan peluang kerja palsu untuk mencuri data pribadi dan finansial korban. Selain itu, Google juga menemukan berbagai bentuk penipuan finansial, seperti tagihan palsu, langganan fiktif, investasi bodong, hingga penipuan pengiriman paket dan penyamaran lembaga pemerintah. Menariknya, tren baru menunjukkan bahwa sebagian pelaku kini mengirim pesan dalam bentuk grup chat, bukan pesan langsung, agar terlihat lebih meyakinkan di mata korban.

Fenomena ini terjadi karena pesan grup sering kali terasa lebih alami dan kurang mencurigakan, terlebih jika pelaku menambahkan rekan mereka sendiri ke dalam grup untuk menciptakan kesan percakapan yang sah. Google juga mencatat bahwa aktivitas pesan berbahaya ini memiliki pola waktu tertentu, biasanya dimulai sekitar pukul 5 pagi waktu Pasifik dan memuncak antara pukul 8 hingga 10 pagi, dengan volume tertinggi pada hari Senin—saat pengguna sibuk memulai minggu kerja dan kurang waspada terhadap pesan masuk.

Sebagian besar kampanye penipuan mengandalkan strategi “Spray and Pray”, yakni mengirim pesan massal dengan harapan sebagian kecil korban akan terpancing. Pesan-pesan ini sering memanfaatkan rasa urgensi dengan topik seperti notifikasi paket, tagihan tol, atau kejadian terkini. Tautan berbahaya dalam pesan tersebut biasanya disamarkan menggunakan URL shortener agar sulit dikenali, lalu mengarahkan korban ke situs berbahaya untuk mencuri data pribadi mereka.

Namun, tidak semua penipuan bergerak cepat. Ada juga metode “Bait and Wait”, di mana pelaku dengan sabar membangun kepercayaan korban melalui percakapan panjang, berpura-pura menjadi perekrut kerja atau teman lama. Dalam skema seperti ini—termasuk romance scam atau “pig butchering”—penjahat siber sering menggunakan data publik seperti nama dan jabatan korban untuk membuat pendekatan mereka lebih meyakinkan. Strategi ini dirancang agar korban mengalami kerugian finansial besar secara perlahan dan sistematis.

Baik menggunakan pendekatan cepat maupun yang lebih halus, tujuannya tetap sama: mencuri uang atau informasi pribadi korban. Data seperti nomor telepon biasanya diperoleh dari dark web marketplaces yang menjual informasi hasil kebocoran data. Operasi semacam ini didukung oleh ekosistem kompleks yang mencakup pemasok perangkat SIM farm untuk pengiriman pesan massal, Phishing-as-a-Service (PhaaS) untuk mencuri kredensial korban, hingga layanan pesan massal pihak ketiga yang menyebarkan tautan berbahaya secara otomatis.

Google menggambarkan lanskap pesan penipuan ini sebagai dinamis dan mudah berubah, di mana para pelaku terus berpindah ke wilayah dengan regulasi terlemah. Ketika satu negara memperketat pengawasan, para penipu dengan cepat beralih ke wilayah lain, menciptakan siklus abadi perpindahan hotspot penipuan di seluruh dunia. Upaya Google untuk memerangi ancaman ini menunjukkan bahwa meski para pelaku terus beradaptasi, teknologi keamanan juga terus berkembang untuk melindungi pengguna Android di mana pun mereka berada.

Share this

Add Comments


EmoticonEmoticon